Lenovo Akui Sengaja Taruh "Malware" di Laptop Baru

Lenovo Akui Sengaja Taruh "Malware" di Laptop Baru

KOMPAS.com — Peneliti keamanan menemukan komputer baru Lenovo yang dijual di toko ternyata berisi malware Superfish. Produsen elektronik asal Tiongkok itu pun menjawabnya dengan tenang, "Kami sudah menangani masalah itu."

Superfish, setelah diteliti, memiliki kemampuan membongkar enkripsi web pengguna komputer tersebut dan membuatnya rentan terhadap serangan cyber. Selain itu, adwareini juga bisa menyuntikkan iklan-iklan tak diinginkan ketika pengguna komputer membuka situs apa pun.

Lenovo, dalam pernyataan resmi yang dimuat di situsnya, Kamis (19/2/2015) waktu setempat, mengakui telah menyematkan malware Superfish dalam beberapa perangkat laptop yang dijualnya. Laptop-laptop yang dimaksud dijual pada kurun waktu September hingga Desember 2014.

"Superfish disematkan di beberapa laptop konsumen yang dikapalkan antara September hingga Desember untuk membantu pengguna agar menemukan produk-produk menarik saat belanja. Namun, respons yang kami terima tidak bagus," tulis raksasa gadgetTiongkok itu, seperti dikutip KompasTekno, Jumat (20/2/2015).

Berdasarkan respons itu, menurut Lenovo, mereka telah sepenuhnya memutus interaksi terhadap server Superfish sejak Januari lalu. Dengan cara itu, malware Superfish dalam komputer mereka diklaim sudah tidak berfungsi.

"Lenovo sudah berhenti melakukan pre-install piranti lunak tersebut pada Januari. Piranti lunak itu tidak akan kami sertakan dalam bentuk pre-install lagi pada masa yang akan datang," imbuhnya.

Dari sisi Lenovo, malware Superfish tersebut diklaim tidak berbahaya untuk pengguna. Teknologi Superfish murni berdasarkan konteks atau gambar, tidak berdasarkan perilaku pengguna. Jadi, teknologi itu tidak mengawasi tindakan pengguna. Teknologi itu juga tidak mencatat informasi pengguna.
Unduh Aplikasi iOS Kini Tak Harus di App Store

Unduh Aplikasi iOS Kini Tak Harus di App Store

KOMPAS.com - Mengunduh aplikasi iOS kini tak harus menyambangi toko aplikasi Apple App Store. Ke depannya, pengguna gadget Apple dapat mengunduh aplikasi iOS lewat App Pins, produk teranyar hasil kerjasama Apple dan Pinterest.

'App Pins' adalah fitur baru dalam aplikasi Pinterest untuk iOS yang memungkinkan pengguna mengunduh langsung aplikasi untuk iPad atau iPhone tanpa harus keluar dari Pinterest atau masuk ke App Store.

Selain kemudahan pengunduhan, dilansir KompasTekno, Jumat (13/2/2015) dari New York Times, kerjasama Apple dan Pinterest ini dicanangkan juga untuk membantu pengguna gadget iOS dalam mencari aplikasi yang sesuai kebutuhannya. Pasalnya, terdapat lebih dari 1,4 juta aplikasi terpatri di toko aplikasi Apple. 

Pilihan yang terlampau banyak tersebut, walau lengkap, namun juga membingungkan pengguna. Dengan App Pins, pengguna dapat langsung menemukan aplikasi iOS yang benar-benar dibutuhkan dalam waktu yang lebih cepat dan dapat langsung diunduh.

Sebenarnya kerjasama Apple dan Pinterest cukup mengejutkan. Seperti diketahui, Apple adalah perusahaan teknologi yang paling tertutup untuk berbagi akses dengan perusahaan atau produk lain. Konsistensi ini menyusul prinsip Apple yang tak ingin penggunanya diterpa virus atau bug semacamnya.

Cari aplikasi iOS jadi mudah

Fitur App Pins yang sudah tersedia dalam aplikasi Pinterest versi terbaru ini memiliki cara kerja serupa dengan Pinterest. Jika Pinterest mengkategorikan foto, resep makanan, dan hal lainnya, untuk dikumpulkan bersama secara teratur, maka App Pins melakukannya khusus untuk aplikasi smartphone yang mendukung iOS.

Lewat App Pins, pengguna hanya perlu mengetik karakter aplikasi yang dibutuhkan. Misalnya pengguna mengetik 'fitness', maka hanya aplikasi yang relevan dengan aplikasi kesehatan/olahraga yang akan muncul. Jika sudah muncul, pengguna dapat memilih apakah langsung akan mengunduh aplikasi itu, atau menyimpannya (pin) terlebih dahulu.

"Layanan kami bisa menjadi sangat kuat karena menawarkan solusi untuk masalah pencarian aplikasi yang sebelumnya tak terpecahkan. Kami memang ingin menghubungkan orang-orang dengan hal-hal yang mereka inginkan," kata Evan Sharp, pendiri Pinterest.
Android Lollipop Akhirnya Masuk "Radar" Google

Android Lollipop Akhirnya Masuk "Radar" Google

KOMPAS.com - Empat bulan setelah diperkenalkan pada Oktober lalu, porsi Android 5.0 Lollipop akhirnya sudah cukup untuk masuk "radar" Google.

Sayangnya, data resmi dari dashboard Google menunjukkan bahwa pangsa OS mobile terbarunya itu masih terbilang kecil. Per 2 Februari 2015, Lollipop baru digunakan oleh 1,6 persen perangkat Android yang beredar.

Laporan Cnet yang dikutip oleh Kompas Tekno, Rabu (4/2/2015) mencatat bahwa ini adalah kali pertama Lollipop masuk dalam data dashboard Google.

Angka di atas kemungkinan akan meningkat dalam bulan-bulan mendatang seiring dengan makin banyaknya perangkat berbasis Android Lollipop yang beredar di pasaran, seperti HTC One M9 dan Samsung Galaxy S6.
Google
Data tingkat adopsi masing-masing versi sistem operasi Android berdasarkan data Google Dashboard per 2 Februari 2015

Sebagian besar perangkat Android, menurut dashboard Google, masih menggunakan sistem operasi Android Jelly Bean (versi 4.1, 4.2, dan 4.3) yang memiliki pangsa 44,5 persen.

Urutan kedua dipegang oleh Android 4.4 Kitkat dengan angka 39,7 persen. Sejumlah Android versi lawas masih terlihat dalam dashboard, termasuk Android 2.2 Froyo (0,4 persen), Android 2.3.3-2.3.7 Gingerbread (7,4 persen), dan Android 4.03-404 Ice Cream Sandwich (6,4 persen).

Informasi soal distribusi masing-masing versi sistem operasi Android dalam dashboardGoogle didapat dari data kunjungan ke toko aplikasi Play Store selama periode tujuh hari yang berakhir pada 2 Februari 2015.
Ditemukan, Lubang Keamanan di Android Teraman

Ditemukan, Lubang Keamanan di Android Teraman

KOMPAS.com - Aneka teknologi sekuriti yang diimplementasikan pada BlackPhone ternyata tak serta merta membuatnya seratus persen kebal serangan. Malahan, sebuah celah fatal ditemukan pada smartphone Android yang diklaim teraman di dunia ini.

Sebagaimana dikutip Kompas Tekno dari ArsTechnica, Jumat (30/1/2015), celah keamanan yang terdapat di aplikasi pesan instan pada BlackPhone itu bisa membuka pintu ke data-data penting seperti daftar kontak. 

Bahkan penyerang juga bisa mengambil alih "fungsi vital" dari perangkat.

Seorang hacker dapat mengeksploitasi celah keamanan BlackPhone dengan mengirim sebuah pesan khusus ke layanan SilentText di smartphone sasaran. 

Serangan kemudian dapat dilanjutkan dengan menginjeksi program-program jahat melalui aplikasi pesan instan yang bersangkutan.

Bug tersebut ditemukan oleh periset Azimuth Security yang kemudian melaporkannya ke SilentCircle selaku pembuat BlackPhone. 

Untungnya tak butuh waktu lama bagi SilentCircle untuk menambal celah berbahaya itu.
Asus ZenFone 2 Ada Versi Mini?

Asus ZenFone 2 Ada Versi Mini?

KOMPAS.com - Asus baru saja memperkenalkan smartphone ZenFone 2 pada ajang Consumer Electronics Show di awal tahun 2015 ini. Perangkat yang satu ini memiliki layar yang cukup besar, yakni 5,5 inci.

Merasa layar tersebut terlalu besar? Jika ya, Asus dikabarkan akan merilis ZenFone 2 dalam ukuran layar yang lebih kecil.

Seperti dikutip KompasTekno dari Phone Arena, Sabtu (24/1/2015), perusahaan asal Taiwan tersebut akan merilis varian ZenFone 2 dalam ukuran layar 5 inci. Varian kedua ini dikabarkan akan dirilis tidak lama setelah ZenFone 2 versi original hadir di pasar.

Sekadar informasi, ZenFone 2 dijadwalkan untuk masuk ke pasar smartphone pada Maret 2015 mendatang.

Jika rumor ini berubah menjadi kenyataan, apa alasan Asus memutuskan untuk merilis ZenFone 2 yang lebih kecil? Menurut Phone Arena, semua seri ZenFone, baik yang berukuran 4, 5, dan 6 inci, cukup laris di pasar smartphone dunia. Oleh karena itu, mereka tidak mau menyia-nyiakan momentum ini dengan menghadirkan pilihan ukuran layar lainnya.

Meski memiliki ukuran lebih kecil, ZenFone 2 5 inci dikabarkan akan memiliki spesifikasi yang tidak jauh berbeda dari versi original. Ia dilengkapi prosesor Intel Atom Z3580 64-bit, kamera belakang 13 megapiksel, dan kamera depan 5 megapiksel.

Perangkat tersebut juga akan mendukung jaringan 4G LTE dan berjalan di sistem operasi Android 5.0 Lollipop yang dipercantik dengan tampilan Zen UI buatan Asus sendiri.

Belum diketahui apakah ZenFone 2 5 inci tersebut akan hadir dengan RAM 4 GB atau tidak.

Produk ini sendiri dikatakan akan dibanderol dengan harga yang lebih murah ketimbang versi original, meski tidak diungkapkan harga pastinya. Sebagai perbandingan, ZenFone 2 original akan dilepas dengan harga sekitar 200 dollar AS atau sekitar Rp 2,5 juta.
Bangun Pabrik di Pluit, Asiafone Kucurkan Rp 100 Miliar

Bangun Pabrik di Pluit, Asiafone Kucurkan Rp 100 Miliar

KOMPAS.com - Asiafone telah membangun pabriknya yang terletak di kawasan Pluit, Jakarta Utara. Memiliki lahan seluas 3.500 meter persegi, perusahaan lokal ini menginvestasikan dananya sebesar Rp 100 miliar.

Dalam pabrik tersebut, produsen produk dengan harga terjangkau ini menyiapkan 2 line produksi, yang diklaim mampu memproduksi 100.000 unit perangkat setiap bulannya. Dengan adanya pabrik ini, total karyawan yang dimiliki oleh Asiafone telah mencapai 350 orang.

Pabrik itu sendiri terintegrasi langsung dengan Head Office Asiafone. Harapannya, pihak Asiafone dapat lebih mudah dalam proses pengawasan, manajemen, dan penjualan produk-produk Asiafone ke seluruh Indonesia.

"Kita bisa melakukan Quality Control secara langsung, sehingga produk yang terjual ke konsumen benar-benar berkualitas," tulis Herman Zhou, Presiden Direktur Asiafone, dalam keterangan pers yang KompasTekno terima, Sabtu (17/1/2015).

Keberadaan pabrik tersebut merupakan bagian dari rencana besar Asiafone untuk memindahkan produksi dari luar negeri ke Indonesia. Hal tersebut dikatakan sejalan dengan program pemerintah yang mendorong para pelaku industri untuk membangun lini produksinya di Indonesia.

Herman mengaku, proses pemindahan ilmu produksi yang selama ini terdapat di Tiongkok ke Indonesia tidaklah sebentar. "Karena kita harus menyiapkan semuanya dari nol," ujar Herman.

Dengan berdirinya pabrik ponsel di Indonesia, Asiafone berharap industri komponen nasional juga berkembang karena kebutuhan komponen sangat diperlukan sebagai pendukung produksi ponsel, seperti chip, layar, baut, mur, casing, dan sebagainya. 

Dengan basis industri dalam negeri, para pengusaha juga tidak lagi terkena imbas kurs dollar yang tidak stabil.

“Harapan kita kepada pemerintah adalah bagaimana menyediakan ekosistem industri nasional, sehingga pelan-pelan bisa mengurangi ketergantungan terhadap impor,” jelas Herman.

Selain itu, jika industri komponen terus berkembang, ia diharapkan bisa menghemat biaya produksi. Sementara bagi industri nasional, keberadaan pabrik lokal, akan mendorong tumbuhnya industri dalam negeri. 

“Terpenting juga adalah adanya kesempatan kerja bagi masyarakat, mereka bisa bekerja dalam industri teknologi,” pungkas Herman.
Google Siapkan Penerjemah Obrolan "Real Time"

Google Siapkan Penerjemah Obrolan "Real Time"

KOMPAS.com — Google Translate akan dibekali fitur penerjemah pembicaraan secarareal time. Sebelumnya, pengguna harus merekam pembicaraan, lalu menanti beberapa waktu untuk memperoleh hasil terjemahan.

Raksasa internet itu pun dikabarkan sedang menggarap pemutakhiran aplikasi mobileGoogle Translate. Pemutakhiran ini dibekali fitur yang membuatnya otomatis mendeteksi pembicaraan, lalu menerjemahkannya.

Seperti dikutip KompasTekno dari Engadget, Senin (12/1/2015), Google memanfaatkan teknologi cloud dengan aplikasi mobile untuk mewujudkan penerjemahan real timetersebut.

Fitur penerjemahan ini jadi bermanfaat bagi para pelancong karena bisa dijangkau dengan mudah menggunakan aplikasi. Penggunanya cukup menyalakan aplikasi, lalu memegang smartphone-nya sambil berbicara, terjemahan pun langsung diproses.

Selain penerjemah pembicaraan, Google Translate saat ini telah sanggup menerjemahkan 90 bahasa secara tertulis. 

Google Translate juga sudah diterapkan untuk menerjemahkan laman web. Fitur penerjemah laman web ini disematkan dalam peramban Chrome dan dijalankan hanya dengan satu klik pada ikon Google Translate.

Fitur penerjemahan real time bukanlah hal baru. Sebelumnya, Microsoft telah menerapkan ide itu ke dalam Skype di Windows 8.1. Hasilnya membuat pengguna yang berbeda bahasa bisa langsung bercakap-cakap tanpa harus mempelajari bahasa masing-masing.