Dalam pabrik tersebut, produsen produk dengan harga terjangkau ini menyiapkan 2 line produksi, yang diklaim mampu memproduksi 100.000 unit perangkat setiap bulannya. Dengan adanya pabrik ini, total karyawan yang dimiliki oleh Asiafone telah mencapai 350 orang.
Pabrik itu sendiri terintegrasi langsung dengan Head Office Asiafone. Harapannya, pihak Asiafone dapat lebih mudah dalam proses pengawasan, manajemen, dan penjualan produk-produk Asiafone ke seluruh Indonesia.
"Kita bisa melakukan Quality Control secara langsung, sehingga produk yang terjual ke konsumen benar-benar berkualitas," tulis Herman Zhou, Presiden Direktur Asiafone, dalam keterangan pers yang KompasTekno terima, Sabtu (17/1/2015).
Keberadaan pabrik tersebut merupakan bagian dari rencana besar Asiafone untuk memindahkan produksi dari luar negeri ke Indonesia. Hal tersebut dikatakan sejalan dengan program pemerintah yang mendorong para pelaku industri untuk membangun lini produksinya di Indonesia.
Herman mengaku, proses pemindahan ilmu produksi yang selama ini terdapat di Tiongkok ke Indonesia tidaklah sebentar. "Karena kita harus menyiapkan semuanya dari nol," ujar Herman.
Dengan berdirinya pabrik ponsel di Indonesia, Asiafone berharap industri komponen nasional juga berkembang karena kebutuhan komponen sangat diperlukan sebagai pendukung produksi ponsel, seperti chip, layar, baut, mur, casing, dan sebagainya.
Dengan basis industri dalam negeri, para pengusaha juga tidak lagi terkena imbas kurs dollar yang tidak stabil.
“Harapan kita kepada pemerintah adalah bagaimana menyediakan ekosistem industri nasional, sehingga pelan-pelan bisa mengurangi ketergantungan terhadap impor,” jelas Herman.
Selain itu, jika industri komponen terus berkembang, ia diharapkan bisa menghemat biaya produksi. Sementara bagi industri nasional, keberadaan pabrik lokal, akan mendorong tumbuhnya industri dalam negeri.
“Terpenting juga adalah adanya kesempatan kerja bagi masyarakat, mereka bisa bekerja dalam industri teknologi,” pungkas Herman.