Tokopedia memfasilitasi penjual untuk menawarkan barang dagangan mereka kepada para pembeli. Saat ini penggunanya sudah mencapai angka jutaan orang dengan transaksi tiga juta barang setiap bulan.
Konsepnya sederhana, penjual bisa berhemat karena tidak perlu mengeluarkan biaya untuk mendirikan toko atau bahkan kantor cabang atau menghitung biaya pengiriman.
Ia hanya memanfaatkan Tokopedia sebagai wadah atau ”mal daring” yang mempertemukan sesama penjual dengan orang- orang yang mencari barang. Manfaat yang sama diterima oleh pembeli karena mereka juga mendapatkan jaminan keamanan dari peluang penipuan.
Setiap transaksi yang dilakukan, yakni transfer bank, selalu ditujukan ke rekening milik Tokopedia dan baru akan diteruskan kepada penjual apabila barang sudah dikirimkan. Dengan demikian, baik penjual maupun pembeli memiliki posisi yang sama rata.
Mendapat suntikan modal
Meskipun sudah beroperasi selama lima tahun, William menegaskan bahwa visi perusahaannya tidak akan berhenti pada perdagangan elektronik saja, tetapi juga memimpikan ekspansi ke lini usaha lainnya.
”Sama seperti Google yang bermula dari layanan pencarian dan kini sudah merambah ke berbagai lini bisnis, seperti akses internet, layanan pembayaran, dan sebagainya,” tuturnya.
Pertanyaan selanjutnya yang muncul tentu soal bagaimana Tokopedia mewujudkan impiannya. Perusahaan teknologi tersebut saat ini memiliki karyawan 150 orang dan belum terlihat posisinya di antara persaingan antara layanan perdagangan elektronik lainnya di Indonesia, seperti Lazada atau Elevenia.
Setidaknya klaim yang diucapkan William tidak seluruhnya berupa omongan saja. Bulan Oktober lalu, Tokopedia mendapatkan kucuran dana sebesar 100 juta dollar AS atau sekitar Rp 1,2 triliun dari dua investor, yakni Softbank dan Sequioa Capital.
Angka Rp 1,2 triliun tersebut menjadikan Tokopedia sebagai perusahaan yang mendapatkan investasi terbesar di Asia Tenggara untuk saat ini.
Sequioa Capital juga menjadi investor untuk Google, Yahoo, dan Instagram, sementara Softbank menjadi investor dari Alibaba, sebuah situs jual beli terbesar di dunia.
Keputusan untuk menginvestasikan dana sebesar itu tentu bisa menjadi gambaran bahwa Tokopedia berhasil meyakinkan mereka.
Dengan kata lain, Tokopedia dianggap memiliki rencana yang matang untuk menjadi perusahaan teknologi yang besar di dalam negeri dan termasuk Asia Tenggara.
Meskipun belum merinci hingga detail, langkah selanjutnya dari Tokopedia selain menjadi mal daring adalah membangun kantor utama sekaligus pusat inovasi.
Lagi-lagi mengambil inspirasi dari Google, yakni Googleplex, William berharap kantor pusatnya nanti akan berada di sebuah kota di luar Jakarta.
Kota seperti apa yang diincar oleh Tokopedia? Saat ini belum ada nama yang pasti, tetapi kota tersebut harus memiliki perguruan tinggi sebagai penghasil tenaga ahli untuk Tokopedia.
Itulah mengapa saat ini mereka tengah menanti kepala daerah yang bersedia diajak bekerja sama mewujudkan pembangunan teknopleks milik Tokopedia.
Biaya pembangunan yang memanfaatkan sebagian dari kucuran dana investasi baru ini nantinya diikuti oleh perkenalan lini usaha baru Tokopedia dalam waktu paling singkat dua tahun mendatang.
Chief Operating Officer Tokopedia Leontinus Alpha Edison mengatakan bahwa kemungkinannya terbuka lebar bagi Tokopedia untuk melebarkan lini usahanya.
Betapapun tinggi mimpi yang ingin dicapai Tokopedia termasuk rencana matang yang telah disusun, tahap awal tetaplah harus dilalui, yakni mencari basis pengguna sebanyak-banyaknya. Itulah mengapa saat ini mereka menggratiskan seluruh fitur layanan bagi para pengguna, kecuali iklan premium yang jumlahnya pun belum signifikan.
Waktu yang akan memutuskan apakah mimpi Tokopedia itu bakal terwujud atau terempas kenyataan.